Berita informasi ini sangat perlu
kita simak :
Sukun
ternyata mengandung obat jantung , darah tinggi, dan stroke. Berikut hasil
penelitian LIPI :
Sukun sudah lama dikenal di tengah
masyarakat Indonesia. Buahnya biasa digoreng dibuat keripik, atau direbus
sebagai makanan kecil. Namun,
ternyata tanaman yang tumbuh di sekitar kita tersebut mempunyai khasiat ampuh
bagi kesehatan, terutama bagi jantung dan pembuluh darah. Peneliti dari Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tjandrawati M Ozef, dan rekan-rekannya telah
mengadakan serangkaian penelitian mengenai khasiat daun sukun. Hasil penelitian
itu disampaikan Tjandrawati dalam sebuah seminar di Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu.
Penyakit jantung dan pembuluh darah
kian menjadi permasalahan besar seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Pola diet tinggi lemak hewani kurangnya aktivitas fisik dan
kebiasaan buruk merokok menjadi beberapa faktor risiko pemicu gangguan jantung
dan pembuluh darah.Melihat kecenderungan tersebut, para peneliti LIPI menapis
42 tanaman yang dianggap berpengaruh terhadap sistem kardiovaskular. Pilihan
meneliti lebih dalam jauh kepada sukun.
Seluruh bagian tanaman sukun
mengandung senyawa flavonoid. Sejumlah turunan flavon telah berhasil diisolasi
dan diidentifikasi dari bagian akar dan ranting tumbuhan tersebut sebelumnya.
”Tanaman itu mempunyai flavonoid yang khas,” ujarnya.Sukun (Artocarpus altilis)
termasuk dalam famili Moraceae alias keluarga Mulberry atau lebih sering
dikenal sebagai bread fruit.
Tanaman tersebut tumbuh pada daerah
tropis, seperti Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Tjandrawati mengungkapkan, masyarakat Indonesia secara
tradisional menggunakan daun sukun untuk pengobatan penyakit hati, inflamasi,
jantung, ginjal, sakit gigi, dan gatal-gatal.Masyarakat Taiwan secara
tradisional menggunakan akar dan batangnya bagi pengobatan penyakit hati dan
hipertensi. ”Masyarakat menggunakan sukun untuk pengobatan dengan merebus
daunnya, tetapi masih kurang diketahui kandungan khusus yang bermanfaat besar,
bagaimana cara penggunaannya, dan dosisnya,” ujarnya.
Berangkat dari pengalaman empiris
masyarakat tersebut, Tjandrawati tertarik meneliti lebih dalam mengenai potensi
daun sukun. Melalui penelitian panjang sejak tahun 2004, tanaman sukun berhasil
dibuktikan khasiatnya. Dalam penelitian itu, daun sukun dibuat menjadi ekstrak.
Komponen hasil ekstraksi dengan etanol, yakni tiga senyawa flavonoid dan
Beta-sitoserol tersebut yang kemudian diteliti khasiatnya.
Studi khasiat terhadap daun sukun
meliputi agregasi platelet (penggumpalan trombosit), viskositas darah
(kekentalan darah) dan iskemia akut (kurangnya aliran darah pada jantung).
Studi itu juga mencakup atherosclerosis
(penebalan dinding pembuluh darah akibat penumpukan lemak) yang mencakup
akumulasi lipid (lemak) pada aorta, dan kolesterol darah.Uji khasiat secara in
vitro (dalam lingkungan buatan) maupun in vivo (dalam tubuh hidup) terhadap
ekstrak tanaman tersebut menunjukkan hasil sangat baik.
Studi in vivo, misalnya,
menyimpulkan bahwa ekstrak etil asetat yang mengandung flavonoid dan
Beta-sitoserol dengan perbandingan 100 mg/kg dan 20
mg/kg dapat menghambat agresi platelet, mengurangi viskositas darah, dan
melindungi melindungi jantung dari iskemia yang akut.Selanjutnya, uji khasiat
ekstrak etil asetat terhadap kadar kolesterol darah dan akumulasi lemak pada
dinding pembuluh darah aorta pada tikus galur Wistar menunjukkan bahwa ekstrak
etil asetat dosis 150 mg/ kg berat badan mampu menurunkan kadar kolesterol
dalam darah secara signifikan.Sukun juga mampu menghambat akumulasi lemak pada
dinding pembuluh darah aorta. ”Tidak terjadi penimbunan lemak,” ujar
Tjandrawati.
Daya racun
Dalam penelitian itu diuji pula daya
racun dari ekstrak daun sukun tersebut. Kabar baiknya, uji toksisitas subkronis
yang dilakukan selama 90 hari pada tikus putih galur Sprague Dawley
menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak etil asetat daun sukun dengan dosis
bervariasi, yakni dosis uji 83,33 mg/kg berat badan per hari, 166,65 mg/kg
berat badan per hari, dan 333,35 mg/kg berat badan per hari tidak memengaruhi
fungsi jantung, ginjal, hati ataupun profil darah.
Uji toksisitas akut pada mencit ICR
jantan dan betina menggunakan dosis tinggi total flavonoid 4,5 g/kg berat badan
dan Beta-sitoserol 2,5 g/kg berat badan tidak menunjukkan penurunan berat
badan, bahkan berat badan cenderung naik. Observasi terhadap perilaku hewan uji
selama eksperimen seperti bagaimana hewan uji berjalan, makan, minum serta dan
kecerahan mata dan bulu juga tidak menunjukkan tanda-tanda keracunan.
Tjandrawati mengatakan, dapat
disimpulkan bahwa pemberian dosis tinggi total flavonoid dan Beta-sitoserol
pada mencit ICR tidak menunjukkan efek toksik ada hewan uji.
Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI,
Sugeng Broto mengatakan, prospek dari formula yang dikerjakan oleh LIPI
tersebut sangat besar lantaran nantinya dapat diproduksi sebagai obat herbal
terstandar dan fitofarmaka. Kini, LIPI aktif meneliti sejumlah tanaman yang
dipandang berkhasiat. Jika ingin dikembangkan menjadi fitofarmaka, masih
dibutuhkan uji klinis. Ekstrak flavonoid dan Beta-sitoserol dari daun sukun itu
sendiri kini telah dipatenkan.
http://www.lihatberita.com/2010/05/obat-herbal-sukun-sangat-baik-bagi.html